• Beranda
  • Covid 19
  • Sudah Divaksin Tapi Masih Banyak yang Terinfeksi Covid-19, Ini Saran WHO

Sudah Divaksin Tapi Masih Banyak yang Terinfeksi Covid-19, Ini Saran WHO

Sudah Divaksin Tapi Masih Banyak yang Terinfeksi Covid-19, Ini Saran WHO

Bagikan :


Saat ini berbagai negara telah menggalakkan pemberian vaksin Covid-19 sebagai upaya untuk menekan angka kasus konfirmasi positif Covid-19. Di Indonesia, pemberian vaksin ke berbagai lapisan masyarakat masih terus berlangsung. Sementara itu, sebagian tenaga kesehatan juga mulai mendapatkan vaksin dosis ke-3 untuk meningkatkan perlindungan dari infeksi virus Covid-19. Meskipun sebagian besar masyarakat telah menerima vaksin Covid-19 baik satu dosis maupun dosis lengkap, namun angka kasus Covid-19 masih tetap tinggi. Apa yang sebenarnya terjadi? Benarkah vaksin Covid-19 yang diberikan tidak bekerja dengan baik?

 

Vaksin Covid-19 efektif untuk Covid-19

Direktur Departemen Imunisasi, Vaksin dan Biologikal WHO, Dr. Katherine O’Brien menyatakan bahwa vaksin yang saat ini tersedia dan diberikan masyarakat memiliki efikasi yang baik untuk melawan infeksi viirus Corona. Rata-rata efikasi vaksin yang digunakan saat ini berada di atas 80% yang diyakini cukup efektif untuk melindungi tubuh dari infeksi Covid-19. Pemberian vaksinasi terbukti dapat mengurangi keparahan dan risiko rawat inap bagi orang yang terinfeksi. Ketika terinfeksi, orang yang sudah mendapat vaksin cenderung menjalani perawatan yang lebih singkat dan lebih cepat pulih dibanding orang yang belum mendapatkan vaksin.

Selain membangun kekebalan, vaksin juga bekerja efektif dengan mengurangi risiko transmisi virus dari satu orang ke orang lain. Jumlah virus yang terdapat pada orang yang terinfeksi dan sudah vaksin lebih sedikit dibandingkan dengan orang yang tidak mendapat vaksin. Untuk itu WHO terus mengimbau untuk melaksanakan vaksinasi bagi berbagai kalangan.

 

Tingginya kasus diduga karena kelalaian

Meskipun vaksin Covid-19 efektif untuk mencegah keparahan infeksi Covid-19, namun angka kasus terus melonjak di berbagai negara. Mengenai hal ini, Dr. Katherine menyatakan bahwa hal ini bukanlah hal yang umum. Risiko terinfeksi virus tidak merata pada berbagai kelompok seperti orang dengan masalah imun tubuh dan kategori lansia yang memiliki risiko mengalami breakthrough infection.

Salah satu faktor kuat tingginya kasus meskipun angka vaksinasi juga meningkat adalah adanya kelonggaran upaya pencegahan penyebaran virus pada masing-masing individu. Situasi ini mengakibatkan virus berkembang dengan kecepatan dan frekuensi tinggi sehingga lebih banyak orang yang terekspos termasuk banyak orang yang sudah divaksinasi.

Di sisi lain, tingginya kasus infeksi juga bisa disebabkan pada pembentukan antibodi yang tidak maksimal, terutama pada golongan orang yang memiliki sistem imun lemah. Tubuh seseorang merespon vaksin dengan menghasikan antibodi yang berbeda-beda. Pada orang dengan sistem imun lemah tubuhnya kemungkinan menghasilkan sedikit antibodi, namun pada orang dengan sistem imun yang baik, tubuhnya dapat menghasilkan antibodi yang lebih banyak.

 

Rekomendasi WHO: Tetap patuhi protokol kesehatan

Terkait tingginya angka penularan, Dr. Katherine O’Brien mengingatkan bahwa untuk menanggulangi wabah tidak bisa hanya dengan sepenuhnya mengandalkan vaksin semata. Agar upaya maksimal, diperlukan berbagai upaya untuk melindungi diri sendiri dan orang lain dari virus Covid-19 seperti penggunaan masker rangkap, menjauhi kerumunan, menjaga jarak dengan orang lain serta menjaga sirkulasi udara di rumah dengan baik.

 

Writer: Ratih

Edited by: dr. Nadya Hambali

Last updated: 18-August-2021